BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
"Bahasa
Arab adalah bahasa yang dipergunakan oleh bangsa Arab dan sekaligus juga
merupakan bahasa agama Islam".[1]
Selain itu bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab-kitab klasik yang mencakup
ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu agama Islam yang ditulis oleh ulama terdahulu serta
merupakan bahasa Al-Qur'an dan Hadits, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Asy-Syura ayat 7:
7Ï9ºxx.ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) $ºR#uäöè% $|Î/ttã uÉYçGÏj9 ¨Pé& 3tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym uÉZè?ur tPöqt ÆìôJpgø:$# w |=÷u ÏmÏù 4 ×,Ìsù Îû Ïp¨Ypgø:$# ×,Ìsùur Îû ÎÏè¡¡9$# ÇÐÈ
Artinya: “Demikianlah
kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi
peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri)
sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat)
yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk
jahannam”.[2]
Untuk bisa
memahami kandungan Al-Qur'an dan Hadits serta kitab-kitab klasik tersebut
terlebih dahulu harus mempelajari bahasa Arab dan untuk dapat memahami
pelajaran bahasa Arab dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan
suatu model pembelajaran yang tepat karena model pembelajaran memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pendidikan.
Model
pembelajaran memiliki banyak sekali jenis penggunaan model pembelajaran yang
tepat akan mampu membawa siswa pada hasil belajar yang maksimal karena kegiatan
belajar mengajar adalah interaksi yang memiliki nilai pendidikan antara
pendidik dengan peserta didik dan disinilah model pembelajaran memiliki posisi
penting di dalam menyampaikan pelajaran. Ada beberapa macam model pembelajaran
yang dapat digunakan oleh pendidik di dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab,
salah satunya yaitu metode drill.
Dengan
menerapkan metode drill dalam pembelajaran bahasa Arab diharapkan
dapat membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai materi pelajaran
bahasa Arab dan supaya peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan
prasurvey yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 13 mei 2015, diperoleh informasi bahwa pembelajaran
bahasa Arab di MTs Negeri 1 Lampung
Timur masih
mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena belum adanya proses pembelajaran
bahasa Arab yang inovatif.
Tabel 1
Data Tes Prasurvey Kelas VII MTs Negeri
1 Lampung Timur
TP.
2014/1015
No
|
Nilai
|
Jumlah Siswa
|
Presentase
|
Kriteria
|
1
|
85-100
|
7
|
19%
|
Tinggi
|
2
|
70-84
|
10
|
29%
|
Sedang
|
3
|
0-69
|
15
|
52%
|
Rendah
|
|
Total
|
35
|
|
|
Dari data di
atas diperoleh, lebih dari 50% siswa dalam penelitian hasil belajar bahasa Arab
memperoleh nilai di bawah standar kompetensi minimal MTs Negeri 1
Lampung Timur sebesar 70.
Bertolak dari
hasil prasurvey di atas, penulis akan melakukan penelitian eksperimen.
Penelitian tersebut difokuskan pada pemahaman peserta didik terhadap pelajaran
bahasa Arab. Jalan keluar yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada adalah dengan pemberian alternatif pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab
dengan model pembelajaran yang berbeda. Disamping itu, model pembelajaran yang
diambil juga harus dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa yang menyeluruh,
baik pada pemahaman isi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan soal
maupun kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan
maupun tulisan. Alternatif pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menerapkan metode drill dalam proses
pembelajaran bahasa Arab.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka masalah yang muncul dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
- Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mata pelajaran bahasa Arab masih bersifat monoton dan konvensional.
- Motivasi mempelajari bahasa Arab masih relatif rendah.
- Proses pembelajaran bahasa Arab masih berpusat pada guru.
C.
Pembahasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan, yaitu “Pengaruh
penerapan metode drill terhadap kemampuan berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs
Negeri 1 Lampung Timur Tahun
Pelajaran 2014/2015”.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada permasalahan di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh yang
signifikan penerapan metode drill terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab
siswa kelas VII MTs Negeri 1 Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015?
E.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
- Tujuan Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk:
a.
Mengetahui tingkat
pemahaman siswa kelas VII MTs
Negeri 1 Lampung Timur terhadap pelajaran bahasa Arab.
b.
Mengetahui pengaruh
penerapan metode drill terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab.
- Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab. Secara khusus,
manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Bagi pendidik, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mendesain proses
pembelajaran bahasa Arab dengan menerapkan metode drill dalam pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki kualitas berbicara bahasa Arab.
b.
Bagi siswa, melalui
penerapan metode drill, diharapkan
motivasi dan partisipasi meningkat dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab
sehingga siswa dapat lebih memahami materi bahasa Arab.
c.
Bagi lembaga, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam membuat kebijakan tentang
pengelolaan kelas, sehingga dapat tercipta kelas-kelas yang lebih kondusif,
baik dari segi fisik maupun jumlah siswa.
[1]
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajara, 2004), h. 7
[2]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2006), h. 38
BAB II
LANDASAN TEORIK
A.
Deskripsi teori
a.
Metode Drill
1.
Definisi Metode
Drill
Pengertian Metode Penggunaan istilah drill (latih siap) dimaksudkan agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu menjadi milik siswa dan dapat dikuasai sepenuhnya. Adapun metode drill (latih siap) itu sendiri menurut
beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut;[1][1]
1) Suatu teknik yang dapat di artikan sebagai suatu cara mengajar di manasiswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang
lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
2) Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak
terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
3) Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dansungguh-sungguh
dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi
permanen.
Dari beberapa pendapat di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill (latih siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
denganjalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil. Dari segi
pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah di bekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya.
Kemudian dengan tetap di bimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
Dalam menerapkan metode
drill ini harus di perhatikan pula antara lain :[2][2]
1. Usahakan agar latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik, karena
waktu yang di pergunakan cukup singkat.
2. Latihan betul-betul di atur sedemikian rupa sehingga betul-betul menarik
perhatian anak didik, dalam hal ini guru harus berusaha menumbuhkan motif untuk
berpikir.
3.
Agar anak didik tidak ragu maka anak didik terlebih dahulu di berikan
pengertian dasar tentang materi yang akan di berikan.
B. Tujuan Metode Drill
Tujuan
metode drill (latih siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu
yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan
yang dipelajari anak itu. Dan siap di pergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.
Sedangkan menurut Roestiyah dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill
(latih siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:
1) Memiliki
keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata,menulis, mempergunakan
alat atau membuat suatu benda; melaksanakangerak dalam olah raga.
2) Mengembangkan
kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,menjumlahkan, mengurangi,
menarik akar dalam hitungan mencongak.Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran
matematika, ilmu pasti, ilmukimia, tanda baca dan sebagainya.
3) Memiliki
kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hallain, seperti sebab
akibat banjir - hujan; antara tanda hurufdan bunyi -ing, -ny dan lain
sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dantarn-lain.Dari
keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuandari metode
drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapanmotoris dan mental
untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.[3][3]
Metode Drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa :
memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis,
mempergunakan alat; mengembang kan kecakapan intelek, seperti mengalikan,
membagi, menjumlahkan; memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan yang lain.[4][4]
Jadi metode drill berfungsi untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang telah merupakan kenyataan serta usaha untuk
memperoleh ketangkasan, ketetapan dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang
di pelajari.
C. Keuntungan
Atau Kebaikan Metode Drill
a)
Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang
sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena
seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b)
Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya
dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan
menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.
c)
Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang
segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan
kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu
juga murid langsung mengetahui prestasinya. [5][5]
D. Kelemahan Metode
Drill
1)
Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang
ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
2)
Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah
murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan
menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.
3)
Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan
perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
4)
Latihan yangs selalu diberikan di bawah
bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun
kreatifitas siswa.
5)
Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan
asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua
struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya. [6][6]
Dan
Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Di Atas yakni:
1.
Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu
respons yang sempurna, reaksi yang tepat.
2.
Jika terdapat kesulitan pada murid saat saat
merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan
kesulitan tersebut.
3.
Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi
reaksi atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar
murid dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4.
Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian
kecepatan merespon.
5.
Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun
kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid.
E. Macam-macam Metode Drill
Bentuk-
bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai
bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :[7][7]
1) Teknik
Inquiry (kerja kelompok). Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok
anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan
tugas yang diberikan.
2) Teknik Discovery (penemuan). Dilakukan dengan
melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
diskusi.
3) Teknik Micro Teaching. Digunakan untuk
mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan
mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan,
kecakapan dan sikap sebagai guru.
4) Teknik Modul Belajar. Digunakan dengan cara
mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
5) Teknik Belajar Mandiri. Dilakukan dengan cara
menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas.
a)
Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
o Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik
diperlukan.
o Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus
jelas.
o Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan
emosi
b)
Latihan –latihan hanyalah untuk ketrampilan
tindakan yang bersifat otomatik.
c)
Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/
daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
d)
Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang
melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
e)
Latihan diberikan secara sistematis.
f)
Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan
karena memudahkan pengarahan dan koreksi.
g)
Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut
bidang ilmunya.
G. Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan Metode Drill
1)
Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum
diadakan latihan tertentu.
2)
Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap
diagnostik:
o Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi
yang sempurna.
o Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan
yang timbul.
o Respon yang benar harus diperkuat.
o Baru kemudian diadakan variasi, perkembangan
arti dan kontrol
3)
Masa latihan secara relativ singkat, tetapi harus
sering dilakukan.
4)
Pada waktu latihan harus dilakukan proses
essensial.
5)
Di dalam latihan yang pertama-tama adalah
ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai
sebagai kesatuan.
6)
Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah
laku yang lebih luas.
o Sebelum melaksanakan, pelajar perlu mengetahui
terlebih dahulu arti latihan itu.
o Ia perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu
berguna untuk kehidupan selanjutnya.
o Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu
diperlukan untuk melengkapi belajar. [9][9]
H. Langkah-langkah pembelajaran Metode Drill
Ada beberapa langkah-langkah
pembelajaran metode drill diantaranya yaitu:
1)
Pemberian Konteks.[10][10] Yakni guru memberi arti makna
dari kata itu dengan salah satu atau beberapa tenik.
2)
Pengulangan Kata. Yakni anak harus mengulang lafal kata itu tanpa
konteks sampai mereka mampu melafalkannya dengan cukup baik.
3)
Pengecekan Arti Kata. Yakni dengan memberi
peratanyaan mengenai kata itu, dan dari respon anak, guru dapat mengetahui apakh
itu kata itu sudah menjadi bagian dari miliknya atau belum.
4)
Pemberian Kalimat Contoh atau Model. Yakni guru mamberi kalimat contoh
yang mengingatkan anak tentang bagaimana manggunakan kosa kata dalam kalimat
dengan konteks yang benar.
2. Berbicara
Berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan,
menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan ( Tarigan, 1981 :
15 ).
Dengan berbicara seseorang berusaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
kepada orang lain secara lisan. Tanpa usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang
lain tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ketika kita
tanpa bicara, orang tidak akan dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan
seakan terkucilkan dari lingkungannya. Untuk berkomunikasi dengan sesamanya
manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan daripada bahasa tulis. Bahasa
lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang dirasakannya. Oleh karena
itu, keterampilan berbicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan
manusia.
- Bahasa Arab
a. Pengertian Bahasa Arab
اللغة العـربية هي لغة
العروبة والإسـلام
“Bahasa Arab
merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa agama Islam”.[11]
اللغة العربية من أوسع اللغات وأغناها وأدقـها تصويرا
“Bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan
terkaya kandungannya, deskriptif dan pemaparannya sangat menetail dan dalam”.[12]
اللغة العربية هي الكلمات الى يعبر بها العرب عن
أغراضهم وقد وصلت إلينا من طريق النقل
“Bahasa Arab adalah ungkapan yang dipergunakan
oleh bangsa Arab dalam mengekspresikan tujuannya, dimana bahwa bahasa Arab
tersebut sampai pada kita melalui proses transformasi”.[13]
Berdasarkan beberapa definisi bahasa Arab di atas dapat diketahui bahwa
bahasa Arab merupakan bahasa bangsa Arab dan bahasa yang terluas dan terkaya
kandungannya serta merupakan bahasa agama Islam.
b. Karakteristik Bahasa Arab
١. لغة إستقاق، إن ظاهرة الأشتقاق اكثر وضوحا
فى العربة، والأشتقاق معنه أن اللكلمة ثلاثة أصول (جذر .....)، و أنها تتمثل فى
عائلة من الكلمات بعضها أفعال، وبعضها أسماء وبعضها صفات.
٢. لغة
غنية بأصواتها
٣. لغة
صيغ، بناء الصيغ من الإشتقاق أساسان لتوكيد لمفردات وإثراء اللغة.
٤. لغة
تصريف، وفى العربية قد يتغير حرف بحرف آخر كان يترتب عليه الثقل.
٥. لغة
إعراب، الإعراب أساس المعنى، ويقصد بالإعراب أن للغة قواعد فى ترتيب الكلمات
وتجديد وظائفها وضبط أواخرها.
٦. لغة
غنية فى التعبير، يقصد بذلك تزايد مترادفاتها كما يقصد به أن حرية الرتبة اعطت
اللغة عنى فى التعبير فمن الممكن تقديم الخبر والمفعول بـه ..... الخ.
٧. لغة
متنوعة أساليب الجمل، فهناك الجملة الإسمية والجملة الفعلية وهناك الجملة الخبرية
والجملة الإنشائية والجملة الأستفهامية والجملة الدعائية.
٨. لغة
تتميز بظاهرة النقل، تتميز اللغة العربية بظاهرة النقل بالنسبة الوظائف المفردات
والجملة.
٩. لغة
عنية بوسائل لتعبير عن الأزمنة النحوية، إن الزمن النحوية يمكن التعبير عنه بأكثر
من طريقة.
١٠. لغة
تزاحمها العامية، تشترك لغات العالم فى هذه الظاهرة.[14]
c. Ruang Lingkup Bahasa Arab
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran bahasa Arab kelas VII adalah sebagai
berikut:
1) المفردات
2) الأستماع
3) المحادثة
4) القراءة
5) الكتابة
6) التركيب
a) الساعة
b) المبتداء
c) الخبر
d) مفعول به
e) الجملة الفعلية
f) المصدر الصريح
B. Kerangka Berfikir dan Paradigma
- Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran (kerangka pikir) merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala yang menjadi objek permasalahan dalam penelitian. Kerangka pemikiran
yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi ilmiah yang mengarah
pada jawaban permasalahan secara deduktif dirumuskan dalam hipotesis.[16]
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan kerangka
pikirnya yaitu jika model pembelajaran mastery learning
diterapkan dengan baik maka diharapkan hasil belajar bahasa Arab siswa baik.
- Paradigma
Paradigma adalah “suatu penjelasan terhadap kerangka pikir secara skematis
dalam suatu pola atau bagan”.[17]
Dari pendapat di atas, maka dapat disajikan dalam sebuah bagan paradigma
dalam penelitian ini sebagai berikut;
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris”.[18]
Dari pengertian hipotesis di atas, dapat penulis kemukakan hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan pengaruh
penggunaan metode drill terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VII A MTs Negeri 1 Lampung Timur.
Hi : Tidak ada pengaruh yang
signifikan pengaruh penggunaan metode drill terhadap kemampuan
berbicara siswa kelas VII A MTs Negeri 1 Lampung Timur
[11]
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), h. 7
[12] Ibid
[14] Rusydi
Ahmad Thuaimah, Ta’alim Lughoh Al-Arobiyah Lighuiri Natiqina Biha, (Mesir:
Isesco, 1989), h. 36-37
[15] Darsono, T.
Ibrahim, Fasih Berbahasa Arab 2, (Solo: Tiga Serangkai, 2008)
[16]
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ramayana, 2008), h. 57-58
[17] Ibid
[18] Ibid
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain
penelitian adalah “bagian dari perencanaan yang menunjukkan usaha peneliti
dalam melihat apakah model testing data yang dilakukan mempunyai validitas yang
komprehensif yang mencakup validitas internal maupun eksternal”.[1]
Dari pendapat
di atas dapat diketahui bahwa desain penelitian adalah semua proses perencanaan
penelitian yang mencakup pengumpulan data dan analisisnya dalam pelaksanaan
suatu penelitian.
Penelitian
yang berjudul: Pengaruh penerapan metode drill terhadap kemampuan
berbicara bahasa Arab, jenis
penelitiannya adalah eksperimen sungguhan.
“Metode
penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
treatment (perlakuan) tertentu”.[2]
Dalam desain
eksperimen yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu adanya kelompok lain yang
tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapat pengamatan. Dengan adanya kelompok
lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok kontrol ini akibat yang
diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan
dengan yang tidak mendapat perlakuan.[3]
Adapun kelas
eksperimen dalam penelitian ini yaitu kelas VII B yang berjumlah 35 orang, dengan peserta didik laki-laki sebanyak 14 orang dan peserta didik perempuan
sebanyak 21 orang dan nilai rata-rata yang dihasilkan setelah
pretes yaitu 6,4.
Sedangkan
kelas kontrolnya yaitu kelas VII C yang berjumlah 35 orang, dengan peserta
didik laki-laki 16 orang dan peserta didik perempuan sebanyak 19 orang dan nilai rata-rata yang dihasilkan setelah
pretes yaitu sebesar 6,5.
“Tujuan
penelitian eksperimen adalah mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel
terhadap satu atau dua variabel terikat dapat diidentifikasi”.[4]
Dengan
demikian, penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif, artinya data
yang peneliti dapatkan melalui metode penelitian yang tepat, kemudian diolah
dengan menggunakan metode statistik.
B. Populasi, Sampel
dan Teknik Sampling
- Populasi
“Populasi adalah
jumlah subjek penelitian”.[5]
Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.[6]
Berdasarkan
kutipan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas VIII MTs Negeri 1 Lampung Timur yang terdiri atas
- Sampel dan Teknik Sampling
“Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.[7]
Berpedoman pada
definisi di atas maka penulis berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau
sekelompok dari sesuatu yang akan diteliti dan sudah mewakili semua populasi.
Kemudian untuk menentukan berapa banyak sampel yang akan diteliti, penulis
berpedoman pada pendapat yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto yaitu “Untuk
sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dan apabila
jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.[8]
Sesuai dengan
pernyataan di atas, maka pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah
pengambilan sampel berdasarkan populasi yang jumlah subyeknya kurang dari 100,
maka penulis mengambil seluruh jumlah populasinya yaitu 70 siswa.
C. Definisi
Operasional Variabel
Definisi oeprasional
variabel adalah “definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi serta dapat diukur”.[9]
Berdasarkan
kutipan tersebut, definisi operasional variabel adalah untuk memberikan suatu
kejelasan tentang variabel penelitian.
Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Variabel bebasnya adalah penerapan model
Pembelajaran metode drill sebagai indikator:
a. Guru menjelaskan
konsep-konsep materi pelajaran bahasa Arab disertai dengan contoh-contoh.
b. Guru memberi siswa
contoh praktik penyelesaian masalah/tugas, berupa langkah-langkah penting
secara bertahap dalam penyelesaian tugas tersebut.
c. Guru memberikan
beberapa tugas atau permasalahan yang harus dikerjakan siswa namun tetap diberi
bimbingan didalam menyelesaikannya.
d. Guru memberikan tugas
mandiri yang bertujuan memperkokoh materi yang baru dipelajari dan meningkatkan
daya ingat siswa serta meningkatkan siswa didalam menyelesaikan tugas.
- Variabel terikatnya adalah hasil belajar bahasa Arab dengan indikator:
a. Siswa mampu memahami
pelajaran bahasa Arab yang telah disampaikan.
b. Siswa mampu
menyelesaikan tugas bahasa Arab yang telah diberikan oleh guru.
D. Metode Pengumpulan
Data
Metode
pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
- Metode Tes
“Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok”.[10]
Dalam penelitian
ini penulis menggunakan dua jenis tes yaitu pretest digunakan untuk mengukur kemampuan
berbicara bahasa Arab siswa sebelum diterapkannya metode drill atau sebelum
diberi perlakuan (treatment) dan postest digunakan untuk mengukur kemampuan
berbicara bahasa Arab siswa setelah diterapkannya metode drill atau
setelah diberi perlakuan (treatment).
- Metode Interview (Wawancara)
“Interview yang sering
disebut juga dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewee)”.[11]
Untuk mendapatkan
data dari obyek penelitian, peneliti menggunakan metode wawancara bebas (unguided
interview), “yaitu dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga
mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan”.[12]
Metode ini penulis
ajukan kepada guru bahasa Arab kelas VIII MTs Negeri 1 Lampung Timur untuk mengetahui kemampuan
berbicar bahasa Arab di kelas
tersebut.
- Metode Dokumentasi
“Dokumentasi, dari
asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya”.[13]
Dari pendapat di
atas penulis berpendapat bahwa metode dokumentasi adalah metode yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis.
Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah singkat MTs Negeri 1
Lampung Timur, keadaan pendidik,
peserta didik, struktur organisasi dan lain-lain.
- Metode Observasi
Metode observasi
adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan secara langsung mengamati
objek yang sedang diteliti dengan sistematis, metode ini bisa diartikan sebagai
penelitian secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti yang
tidak terbatas.[14]
Metode ini penulis
gunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi proses pembelajaran bahasa Arab di
kelas VII Negeri 1 Lampung Timur, agar peneliti dapat mengetahui bagaimanakah pengaruh
metode drill dalam kemampuan berbicara bahasa Arab yang sesuai dalam kelas
tersebut.
Alat yang penulis
gunakan untuk mengadakan pengamatan ini adalah daftar cek (check list).
E. Teknik Analisis
Data
Kemudian
setelah data-data terkumpul, maka data tersebut akan diolah dan dianalisis
dengan menggunakan rumus statistik ANAVA satu jalan “Fo” karena untuk
menguji kebenaran ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran mastery
learning (belajar tuntas) terhadap hasil belajar bahasa Arab.
- Rumusnya
- Langkah-langkah perhitungannya
a.
Perhitungan jumlah kuadrat total (JKT)
dengan rumus:
b.
Perhitungan jumlah kuadrat antar
kelompok (JKA) dengan rumus:
c.
Perhitungan jumlah kuadrat dalam
kelompok (JKD) dengan rumus:
d.
Perhitungan rata-rata hitung
kuadrat (RK) dengan rumus:
e.
Perhitungan nilai F (Fo)
dengan rumus:
f.
Uji lanjutan, dengan rumus:
[1] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 69
[2] Sugiyono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 11
[3] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 86
[4] Sukardi, Op. Cit., h. 179
[5]
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 108
[6]
Sugiyono, Op. Cit., h. 117
[7]
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 131
[9] Edi Kusnadi, Op. Cit., h. 75
[10]
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 150
[12] Edi Kusnadi, Op. Cit., h. 96
[13]
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 186
[14]
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2002), h.
158
[15]
Burhan Nurgiantoro, dkk, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial, (Yogyakarta: Gadja Mada,
University Press, 2009), h. 207