Rabu, 30 Agustus 2017

SKRIPSI BAB I - III



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
"Bahasa Arab adalah bahasa yang dipergunakan oleh bangsa Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa agama Islam".[1] Selain itu bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab-kitab klasik yang mencakup ajaran-ajaran dan ilmu-ilmu agama Islam yang ditulis oleh ulama terdahulu serta merupakan bahasa Al-Qur'an dan Hadits, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Asy-Syura ayat 7:
7Ï9ºxx.ur !$uZøŠym÷rr& y7øs9Î) $ºR#uäöè% $|Î/ttã uÉYçGÏj9 ¨Pé& 3tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym uÉZè?ur tPöqtƒ ÆìôJpgø:$# Ÿw |=÷ƒu ÏmŠÏù 4 ×,ƒÌsù Îû Ïp¨Ypgø:$# ×,ƒÌsùur Îû ÎŽÏè¡¡9$# ÇÐÈ
Artinya:   “Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk jahannam”.[2]

Untuk bisa memahami kandungan Al-Qur'an dan Hadits serta kitab-kitab klasik tersebut terlebih dahulu harus mempelajari bahasa Arab dan untuk dapat memahami pelajaran bahasa Arab dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat karena model pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan.
Model pembelajaran memiliki banyak sekali jenis penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mampu membawa siswa pada hasil belajar yang maksimal karena kegiatan belajar mengajar adalah interaksi yang memiliki nilai pendidikan antara pendidik dengan peserta didik dan disinilah model pembelajaran memiliki posisi penting di dalam menyampaikan pelajaran. Ada beberapa macam model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik di dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab, salah satunya yaitu metode drill.      
Dengan menerapkan metode drill dalam pembelajaran bahasa Arab diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai materi pelajaran bahasa Arab dan supaya peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan prasurvey yang dilakukan oleh penulis pada tanggal  13 mei 2015, diperoleh informasi bahwa pembelajaran bahasa Arab di MTs Negeri 1 Lampung Timur masih mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena belum adanya proses pembelajaran bahasa Arab yang inovatif.





Tabel 1
Data Tes Prasurvey Kelas VII MTs Negeri 1 Lampung Timur
TP. 2014/1015

No
Nilai
Jumlah Siswa
Presentase
Kriteria
1
85-100
7
19%
Tinggi
2
70-84
10
29%
Sedang
3
0-69
15
52%
Rendah

Total
35




Dari data di atas diperoleh, lebih dari 50% siswa dalam penelitian hasil belajar bahasa Arab memperoleh nilai di bawah standar kompetensi minimal MTs Negeri 1 Lampung Timur sebesar 70.
Bertolak dari hasil prasurvey di atas, penulis akan melakukan penelitian eksperimen. Penelitian tersebut difokuskan pada pemahaman peserta didik terhadap pelajaran bahasa Arab. Jalan keluar yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah dengan pemberian alternatif pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab dengan model pembelajaran yang berbeda. Disamping itu, model pembelajaran yang diambil juga harus dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa yang menyeluruh, baik pada pemahaman isi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan soal maupun kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun tulisan. Alternatif pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan metode drill dalam proses pembelajaran bahasa Arab.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
  1. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mata pelajaran bahasa Arab masih bersifat monoton dan konvensional.
  2. Motivasi mempelajari bahasa Arab masih relatif rendah.
  3. Proses pembelajaran bahasa Arab masih berpusat pada guru.

C.    Pembahasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan, yaitu “Pengaruh penerapan metode drill terhadap kemampuan berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada permasalahan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh yang signifikan penerapan metode drill terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab siswa kelas VII MTs Negeri 1 Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015?
                                      





E.     Tujuan dan Manfaat Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri 1 Lampung Timur terhadap pelajaran bahasa Arab.
b.      Mengetahui pengaruh penerapan metode drill terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab.

  1. Manfaat Penelitian
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab. Secara khusus, manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Bagi pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mendesain proses pembelajaran bahasa Arab dengan menerapkan metode drill dalam pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki kualitas berbicara bahasa Arab.
b.      Bagi siswa, melalui penerapan metode drill, diharapkan motivasi dan partisipasi meningkat dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab sehingga siswa dapat lebih memahami materi bahasa Arab.
c.       Bagi lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam membuat kebijakan tentang pengelolaan kelas, sehingga dapat tercipta kelas-kelas yang lebih kondusif, baik dari segi fisik maupun jumlah siswa.


[1] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajara, 2004), h. 7
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2006), h. 38








BAB II
LANDASAN TEORIK

A.    Deskripsi teori
a.       Metode Drill
1.      Definisi Metode Drill
Pengertian Metode Penggunaan istilah drill (latih siap) dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu menjadi milik siswa dan dapat dikuasai sepenuhnya. Adapun metode drill (latih siap) itu sendiri menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut;[1][1]
1)      Suatu teknik yang dapat di artikan sebagai suatu cara mengajar di manasiswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
2)      Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
3)      Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dansungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill (latih siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran denganjalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil. Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah di bekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap di bimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

Dalam menerapkan metode drill ini harus di perhatikan pula antara lain :[2][2]
1.      Usahakan agar latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik, karena waktu yang di pergunakan cukup singkat.
2.      Latihan betul-betul di atur sedemikian rupa sehingga betul-betul menarik perhatian anak didik, dalam hal ini guru harus berusaha menumbuhkan motif untuk berpikir.
3.      Agar anak didik tidak ragu maka anak didik terlebih dahulu di berikan pengertian dasar tentang materi yang akan di berikan.
B.  Tujuan Metode Drill
Tujuan metode drill (latih siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap di pergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Sedangkan menurut Roestiyah dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill (latih siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:

   1)      Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata,menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakangerak dalam olah raga.
   2)      Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak.Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmukimia, tanda baca dan sebagainya.
    3)      Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hallain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda hurufdan bunyi -ing, -ny dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dantarn-lain.Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuandari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapanmotoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.[3][3]
Metode Drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa : memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis, mempergunakan alat; mengembang kan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan; memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.[4][4] 
Jadi metode drill berfungsi untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang telah merupakan kenyataan serta usaha untuk memperoleh ketangkasan, ketetapan dan keterampilan latihan tentang sesuatu yang di pelajari.

C.  Keuntungan Atau Kebaikan Metode Drill
a)       Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b)       Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.
c)       Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya. [5][5]

D.  Kelemahan Metode Drill
1)      Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
2)      Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.
3)      Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
4)      Latihan yangs selalu diberikan di bawah  bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
5)      Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya. [6][6]

Dan Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Di Atas yakni:
1.      Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu respons yang sempurna, reaksi yang tepat.
2.      Jika terdapat kesulitan pada murid saat saat merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.
3.      Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar murid dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4.      Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.
5.      Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid.

E.  Macam-macam Metode Drill
Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :[7][7]
   1)      Teknik Inquiry (kerja kelompok). Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
2)      Teknik Discovery (penemuan). Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
3)      Teknik Micro Teaching. Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
4)      Teknik Modul Belajar. Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
5)      Teknik Belajar Mandiri. Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 

F.   Syarat-Syarat Dalam Metode Drill[8][8]
a)       Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
o    Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.
o    Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
o    Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi
b)       Latihan –latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.
c)       Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/ daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
d)       Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
e)       Latihan diberikan secara sistematis.
f)        Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.
g)       Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.


G. Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan Metode Drill
1)       Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu. 
2)       Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostik:
o    Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.
o    Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
o    Respon yang benar harus diperkuat.
o    Baru kemudian diadakan variasi, perkembangan  arti dan kontrol
3)       Masa latihan secara relativ singkat, tetapi harus sering dilakukan.
4)       Pada waktu latihan harus dilakukan proses essensial.
5)       Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.
6)       Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
o    Sebelum melaksanakan, pelajar perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.
o    Ia perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya.
o    Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar. [9][9]

H.  Langkah-langkah pembelajaran Metode Drill
Ada beberapa langkah-langkah pembelajaran metode drill diantaranya yaitu:
1)      Pemberian Konteks.[10][10] Yakni guru memberi arti makna dari kata itu dengan salah satu atau beberapa tenik.
2)      Pengulangan Kata. Yakni anak harus mengulang lafal kata itu tanpa konteks sampai mereka mampu melafalkannya dengan cukup baik.
3)      Pengecekan Arti Kata. Yakni dengan memberi peratanyaan mengenai kata itu, dan dari respon anak, guru dapat mengetahui apakh itu kata itu sudah menjadi bagian dari miliknya atau belum.
4)      Pemberian Kalimat Contoh atau Model. Yakni guru mamberi kalimat contoh yang mengingatkan anak tentang bagaimana manggunakan kosa kata dalam kalimat dengan konteks yang benar.

2. Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan ( Tarigan, 1981 : 15 ).
               Dengan berbicara seseorang berusaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ketika kita tanpa bicara, orang tidak akan dapat saling berinteraksi dengan sesamanya dan seakan terkucilkan dari lingkungannya. Untuk berkomunikasi dengan sesamanya manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan daripada bahasa tulis. Bahasa lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang dirasakannya. Oleh karena itu, keterampilan berbicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.
  1. Bahasa Arab
a.       Pengertian Bahasa Arab
اللغة العـربية هي لغة العروبة والإسـلام
“Bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa agama Islam”.[11]
اللغة العربية من أوسع اللغات وأغناها وأدقـها تصويرا
“Bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya, deskriptif dan pemaparannya sangat menetail dan dalam”.[12]
اللغة العربية هي الكلمات الى يعبر بها العرب عن أغراضهم وقد وصلت إلينا من طريق النقل
“Bahasa Arab adalah ungkapan yang dipergunakan oleh bangsa Arab dalam mengekspresikan tujuannya, dimana bahwa bahasa Arab tersebut sampai pada kita melalui proses transformasi”.[13]
Berdasarkan beberapa definisi bahasa Arab di atas dapat diketahui bahwa bahasa Arab merupakan bahasa bangsa Arab dan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya serta merupakan bahasa agama Islam.


b.      Karakteristik Bahasa Arab
١.       لغة إستقاق، إن ظاهرة الأشتقاق اكثر وضوحا فى العربة، والأشتقاق معنه أن اللكلمة ثلاثة أصول (جذر .....)، و أنها تتمثل فى عائلة من الكلمات بعضها أفعال، وبعضها أسماء وبعضها صفات.
٢.       لغة غنية بأصواتها
٣.       لغة صيغ، بناء الصيغ من الإشتقاق أساسان لتوكيد لمفردات وإثراء اللغة.
٤.       لغة تصريف، وفى العربية قد يتغير حرف بحرف آخر كان يترتب عليه الثقل.
٥.       لغة إعراب، الإعراب أساس المعنى، ويقصد بالإعراب أن للغة قواعد فى ترتيب الكلمات وتجديد وظائفها وضبط أواخرها.
٦.       لغة غنية فى التعبير، يقصد بذلك تزايد مترادفاتها كما يقصد به أن حرية الرتبة اعطت اللغة عنى فى التعبير فمن الممكن تقديم الخبر والمفعول بـه ..... الخ.
٧.       لغة متنوعة أساليب الجمل، فهناك الجملة الإسمية والجملة الفعلية وهناك الجملة الخبرية والجملة الإنشائية والجملة الأستفهامية والجملة الدعائية.
٨.       لغة تتميز بظاهرة النقل، تتميز اللغة العربية بظاهرة النقل بالنسبة الوظائف المفردات والجملة.
٩.       لغة عنية بوسائل لتعبير عن الأزمنة النحوية، إن الزمن النحوية يمكن التعبير عنه بأكثر من طريقة.
١٠.     لغة تزاحمها العامية، تشترك لغات العالم فى هذه الظاهرة.[14]

c.       Ruang Lingkup Bahasa Arab
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran bahasa Arab kelas VII adalah sebagai berikut:
1)      المفردات
2)      الأستماع
3)      المحادثة
4)      القراءة
5)      الكتابة
6)      التركيب
a)      الساعة
b)      المبتداء
c)      الخبر
d)     مفعول به
e)      الجملة الفعلية
f)       المصدر الصريح
g)      [15]المصدر المؤول (أن، لن، ل + فعل مضارع)




B.     Kerangka Berfikir dan Paradigma
  1. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran (kerangka pikir) merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan dalam penelitian. Kerangka pemikiran yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi ilmiah yang mengarah pada jawaban permasalahan secara deduktif dirumuskan dalam hipotesis.[16]
Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan kerangka pikirnya yaitu jika model pembelajaran mastery learning diterapkan dengan baik maka diharapkan hasil belajar bahasa Arab siswa baik.
  1. Paradigma
Paradigma adalah “suatu penjelasan terhadap kerangka pikir secara skematis dalam suatu pola atau bagan”.[17]
Dari pendapat di atas, maka dapat disajikan dalam sebuah bagan paradigma dalam penelitian ini sebagai berikut;


 


                        


 




C.    Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris”.[18]
Dari pengertian hipotesis di atas, dapat penulis kemukakan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh yang signifikan pengaruh penggunaan metode drill terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VII A MTs Negeri 1 Lampung Timur.
Hi :  Tidak ada pengaruh yang signifikan pengaruh penggunaan metode drill terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VII A MTs Negeri 1 Lampung Timur





[4][4] http://www.sarjanaku.com/2012/04/metode-drill-pengertian-prinsip-tujuan.html
[5][5] Ramayulis,Metode dan teknik pembelajaran PAI,(Malang :UIN MALANG,2005)
[6][6] Ibid.

[7][7] http://www.sarjanaku.com/2012/04/metode-drill-pengertian-prinsip-tujuan.html
[8][8] Ibid.
[9][9]  http://www.sarjanaku.com/2012/04/metode-drill-pengertian-prinsip-tujuan.html
[11] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 7
[12] Ibid
 [13] رشدى احمد طعيمة، تعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها، مصر، إيسيسكو، ١٩٨٩، ص. ٣٦-٣٧
[14]  Rusydi Ahmad Thuaimah, Ta’alim Lughoh Al-Arobiyah Lighuiri Natiqina Biha, (Mesir: Isesco, 1989), h. 36-37
[15] Darsono, T. Ibrahim, Fasih Berbahasa Arab 2, (Solo: Tiga Serangkai, 2008)
[16] Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ramayana, 2008), h. 57-58
[17] Ibid
[18] Ibid
 



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Desain penelitian adalah “bagian dari perencanaan yang menunjukkan usaha peneliti dalam melihat apakah model testing data yang dilakukan mempunyai validitas yang komprehensif yang mencakup validitas internal maupun eksternal”.[1]
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa desain penelitian adalah semua proses perencanaan penelitian yang mencakup pengumpulan data dan analisisnya dalam pelaksanaan suatu penelitian.
Penelitian yang berjudul: Pengaruh penerapan metode drill  terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab, jenis penelitiannya adalah eksperimen sungguhan.
“Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari treatment (perlakuan) tertentu”.[2]
Dalam desain eksperimen yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapat pengamatan. Dengan adanya kelompok lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok kontrol ini akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan.[3]
Adapun kelas eksperimen dalam penelitian ini yaitu kelas VII B yang berjumlah 35 orang, dengan peserta didik laki-laki sebanyak 14 orang dan peserta didik perempuan sebanyak  21 orang dan nilai rata-rata yang dihasilkan setelah pretes yaitu 6,4.
Sedangkan kelas kontrolnya yaitu kelas VII C yang berjumlah 35 orang, dengan peserta didik laki-laki 16 orang dan peserta didik perempuan sebanyak  19 orang dan nilai rata-rata yang dihasilkan setelah pretes yaitu sebesar 6,5.
“Tujuan penelitian eksperimen adalah mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau dua variabel terikat dapat diidentifikasi”.[4]
Dengan demikian, penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif, artinya data yang peneliti dapatkan melalui metode penelitian yang tepat, kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik.







B.     Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
  1. Populasi
“Populasi adalah jumlah subjek penelitian”.[5] Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.[6]
Berdasarkan kutipan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs Negeri 1 Lampung Timur yang terdiri atas

  1. Sampel dan Teknik Sampling
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.[7]
Berpedoman pada definisi di atas maka penulis berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau sekelompok dari sesuatu yang akan diteliti dan sudah mewakili semua populasi. Kemudian untuk menentukan berapa banyak sampel yang akan diteliti, penulis berpedoman pada pendapat yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto yaitu “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dan apabila jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.[8]
Sesuai dengan pernyataan di atas, maka pengambilan sampel yang penulis lakukan adalah pengambilan sampel berdasarkan populasi yang jumlah subyeknya kurang dari 100, maka penulis mengambil seluruh jumlah populasinya yaitu 70 siswa.

C.    Definisi Operasional Variabel
Definisi oeprasional variabel adalah “definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi serta dapat diukur”.[9]
Berdasarkan kutipan tersebut, definisi operasional variabel adalah untuk memberikan suatu kejelasan tentang variabel penelitian.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Variabel bebasnya adalah penerapan model
Pembelajaran metode drill sebagai indikator:
a.       Guru menjelaskan konsep-konsep materi pelajaran bahasa Arab disertai dengan contoh-contoh.
b.      Guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah/tugas, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian tugas tersebut.
c.       Guru memberikan beberapa tugas atau permasalahan yang harus dikerjakan siswa namun tetap diberi bimbingan didalam menyelesaikannya.
d.      Guru memberikan tugas mandiri yang bertujuan memperkokoh materi yang baru dipelajari dan meningkatkan daya ingat siswa serta meningkatkan siswa didalam menyelesaikan tugas.

  1. Variabel terikatnya adalah hasil belajar bahasa Arab dengan indikator:
a.       Siswa mampu memahami pelajaran bahasa Arab yang telah disampaikan.
b.      Siswa mampu menyelesaikan tugas bahasa Arab yang telah diberikan oleh guru.

D.    Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:




  1. Metode Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.[10]
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis tes yaitu pretest digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara bahasa Arab siswa sebelum diterapkannya metode drill atau sebelum diberi perlakuan (treatment) dan postest digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara bahasa Arab siswa setelah diterapkannya metode drill atau setelah diberi perlakuan (treatment).

  1. Metode Interview (Wawancara)
“Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)”.[11]
Untuk mendapatkan data dari obyek penelitian, peneliti menggunakan metode wawancara bebas (unguided interview), “yaitu dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan”.[12]
Metode ini penulis ajukan kepada guru bahasa Arab kelas VIII MTs Negeri 1 Lampung Timur untuk mengetahui kemampuan berbicar bahasa Arab di kelas tersebut.

  1. Metode Dokumentasi
“Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.[13]
Dari pendapat di atas penulis berpendapat bahwa metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah singkat MTs Negeri 1 Lampung Timur, keadaan pendidik, peserta didik, struktur organisasi dan lain-lain.

  1. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan secara langsung mengamati objek yang sedang diteliti dengan sistematis, metode ini bisa diartikan sebagai penelitian secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti yang tidak terbatas.[14]
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi proses pembelajaran bahasa Arab di kelas VII Negeri 1 Lampung Timur, agar peneliti dapat mengetahui bagaimanakah pengaruh metode drill dalam kemampuan berbicara bahasa Arab yang sesuai dalam kelas tersebut.
Alat yang penulis gunakan untuk mengadakan pengamatan ini adalah daftar cek (check list).

E.     Teknik Analisis Data
Kemudian setelah data-data terkumpul, maka data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus statistik ANAVA satu jalan “Fo” karena untuk menguji kebenaran ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran mastery learning (belajar tuntas) terhadap hasil belajar bahasa Arab.
  1. Rumusnya
  1. Langkah-langkah perhitungannya
a.       Perhitungan jumlah kuadrat total (JKT) dengan rumus:


b.      Perhitungan jumlah kuadrat antar kelompok (JKA) dengan rumus:
c.       Perhitungan jumlah kuadrat dalam kelompok (JKD) dengan rumus:
d.      Perhitungan rata-rata hitung kuadrat (RK) dengan rumus:
e.       Perhitungan nilai F (Fo) dengan rumus:
f.       Uji lanjutan, dengan rumus:



[1] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 69
[2] Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 11
[3] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 86
[4] Sukardi, Op. Cit., h. 179
[5] Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 108
[6] Sugiyono, Op. Cit., h. 117
[7] Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 131
[8] Ibid., h. 120
[9] Edi Kusnadi, Op. Cit., h. 75
[10] Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 150
[11] Ibid., h. 155
[12] Edi Kusnadi, Op. Cit., h. 96
[13] Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 186
[14] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2002), h. 158
[15] Burhan Nurgiantoro, dkk, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Yogyakarta: Gadja Mada, University Press, 2009), h. 207